Rabu, 25 Maret 2015

NGURUG TELO

NGURUG TELO

Alam merupakan hal utama yang perlu menjadi sudut perhatian untuk di respon atau ditanggapi. Ekosistem hayati mikrokosmos serta makrokosmos merupakan hubungan interaksi timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Keanekaragaman yang menunjukan seluruh variasi interaksi antara makhluk hidup dan interaksi makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya. Jadi, antara makhluk hidup dengan lingkungannya akan terjadi interaksi yang dinamis. Perbedaan kondisi komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda-beda. Sehingga perlu sebuah sentuan ideal yang seimbang agar kelangsungan hidup dapat bertahan dengan semestinya.
NGURUG TELO merupakan ungkapan kesinambungan antara fenomena hayati dengan konsep hidup manusia yang ideal. Sebuah fenomena ganjil yang perlu ada tanggapan serta sudut pandang untuk diteliti sebab akibatnya. Ngurug telo (istilah jawa) mempunyai arti sempit menutupi celah dari tanah yang tandus, dalam arti luas dan falsafati hal ini bisa dijabarkan sebagai tindakan solusi dari sebuah permasalahan hidup entah dalam hubungan sosial, religius, politik, ekonomi, atau berbudaya.
Harapannya dari ungkapan kata NGURUG TELO dapat membawa imajinasi yang dalam serta menghantarkan konsep berfikir dan penghayatan serta bertindak kedalam solusi yang tepat. Sehingga apa yang menjadi celah atau menyebabkan celah dari ketandusan dalam fenomena hayati dapat mecapai nilai ideal mencapai kesuburan serta kelestarian.

Kamis, 13 Maret 2014

BABAD SENI #3 (ADOH RATU CERAK WATU)

Latar belakang berdirinya IPG merupakan gambaran niatan masyarakat perupa gunungkidul yang sebenarnya sudah ada didaerah ini. Jika kita lihat dari sejarah yang ada bahwa ruh seni rupa sudah lama digeluti oleh masyarakat gunungkidul. Contoh adanya wayang beber, topeng, pengrajin wayang kulit, lukisan kaca dsb. 
bagaimana tema Tema Adoh Ratu Cerak Watu berbicara tentang gunungkidul ,bayangan pertama yang akan tertangkap adalah tentang potret sebuah daerah yang tertinggal. Dengan wilayah yang tandus, sulit mendapatkan air , makanan khasnya adalah thiwul dan belalang.Itulah opini yang terbangun dari dahulu tentang kabupaten dengan luas kurang lebih sepertiga dari luas daerah istimewa Yogyakarta. Pepatah yang selalu di sampaikan untuk gunungkidul adalah cerak watu adoh seko ratu. maksudnya kurang lebih orang desa dekat dengan kesengsaraan dan jauh dari kekuasaan atau kerajaan (kekuasaan pusat). Hal seperti itu tak bisa di pisahkan dari sistem pemerintahan Indonesia, bahwa pandangan dan anggapan tentang desa selama ini pragmatis, orang desa diidentikkan dengan sekelompok orang yang tidak membutuhkan politik, demokrasi, atau bahkan otonomi. Mereka lebih membutuhkan pemenuhan kebutuhan pokok. Dalam cara pandang romantis, orang beranggapan bahwa desa itu masih orisinil, menjunjung tinggi kearifan lokal, komunalisme, bahkan ada juga yang beranggapan bahwa desa merupakan wujud demokrasi asli Indonesia. Memang dalam filsafat Jawa, orang jawa mengenal doktrin nrima ing pandum, maksudnya kurang lebih adalah menerima keadaan yang digariskan oleh tuhan. Padangan wong ndeso.. 

Seiring dengan euforia politik dan demokratisasi yang mencuat sejak era bangkrutnya orde baru, rakyat dikalangan pedesaan dan daerah juga memperlihatkan kekritisannya terhadap sistem pemerintahan, kebijakan pusat dan konflik daerah merupakan contoh konkret dimana tema di atas ( adoh ratu cerak watu) relevan untuk kita jadikan tema pameran BABAD SENI #3 IPG dan semoga bisa mereprentasikan kearifan dan energi lokal dalam cakupan yang lebih luas.
display
 
pembukaan pameran oleh bupati  dan jajaran pemerintah gunungkidul

Sabtu, 25 Mei 2013

BABAD SENI # 2 ( COMING SOON)

Kami IPG Ikatan Perupa Gunungkidul akan menyelengarakan pameran tahunan kami yang ke2 di Bangsal Sewoko Projo, komplek kabupaten Gunungkidul tanggal 23 juni-30 juni 2013. Pameran ini rencananya juga di ikuti juga oleh beberapa komunitas DIY, JATENG.

Minggu, 28 Oktober 2012

DI MANA RUMAHKU



 










Sebuah kegiatan kami dalam memperingati hari sumpah pemuda 28 Oktober 2012. Acara terebut di laksanakan di sebuah ruas jalan di belakang komplek pemerintahan Gunungkidul. Gelar seni sehari yang di ikuti hampir semua anggota IPG dan juga beberapa komunitas pemuda di Gunungkidul seperti Asosiasi BMX Wonosari dan Penda Skateboarding. Dalam acara itu juga diadakan lomba band antar sekolah menengah atas di Gunungkidul.

Tema DI MANA RUMAHKU sendiri merujuk pada suatu pertanyaan tentang suasana tempat tinggal, dalam tema ini kami sebagai perupa gunungkidul merasakan bahwa iklim berkesenian di Gunungkidul khususnya seni rupa tidak akan berjalan maksimal tanpa adanya fasilitas tempat pameran. permasalah ini yang membuat beberapa aktifitas seni rupa selalu memakai ruang alternatif dan juga ruang publik.

Akhir akhir ini gairah senirupa di gunungkidul semakin meningkat hal itu bisa di lihat dari banyaknya generasi muda Gunungkidul yang mengambil study Senirupa, juga munculnya komunitas seni dan kegiatan pameran seni rupa di Gunungkidul.

Harusnya memang pemerintah Gunungkidul bisa melihat ini sebagai potensi dan menyediakan tempat untuk aktifitas berikut, sementara tempat yang sudah ada (gedung kesenian Gunungkidul sudah tidak layak dan berubah menjadi tempat olahraga).